Jeihan: Hari-hari di Cicadas adalah sebuah pameran bersejarah yang menelaah salah satu aspek kekaryaan Jeihan Sukmantoro (lahir pada 1938), seorang pelukis dan penyair berpengaruh di Indonesia. Pameran ini menampilkan karya potret Jeihan antara tahun 1960an dan 70an, saat ia tinggal di Cicadas, sebuah area berkelas sosio-ekonomi rendah, padat dan dulu dikenal sebagai salah satu pusat prostitusi dan tindak criminal ringal di timur Bandung.
Jeihan dikenal dengan lukisan ekspresionis figuratifnya sejak 1960an. Potret yang ditampilkan dalam pameran ini adalah gambaran sang perupa, anggota keluarga dan tetangganya. Rumah Jeihan, salah satu rumah pertama yang memiliki TV di area tersebut, berfungsi sebagai tempat berkumpulnya warga setempat.
Jeihan. [Tanpa judul], (1972). Cat minyak di atas kanvas. 65 x 80 cm. Koleksi perupa.
Tentang Jeihan
Jeihan Sukmantoro l. Surakarta, Hindia Belanda, 1938
Jeihan Sukmantoro adalah seorang perupa Indonesia yang dikenal dengan lukisannya yang menampilkan manusia dengan “mata yang dihitamkan.” Potret-potret “mata hitam” ini bermula dari keprihatinannya atas pergolakan sosial dan politik pada awal tahun 1960-an dan sebagai cerminan dari keterbatasan spiritual manusia, yang menyoroti ketidakmampuan mereka untuk meramalkan masa depan.
Jeihan memulai studi lukisnya di Himpunan Budaya Surakarta (HBS) dan kemudian pindah ke Bandung pada tahun 1960-an untuk belajar seni rupa di Institut Teknologi Bandung (ITB). Menggabungkan gaya realistik dari HBS dengan gaya analitis dan abstrak dari ITB, periode ini secara signifikan memengaruhi perkembangan artistiknya. Namun demikian, ia mengundurkan diri setelah lima tahun karena merasa lingkungan studi tersebut “terlalu membatasi kebebasan kreatifnya.”
Jeihan juga merupakan bagian dari lingkaran pujangga di Cicadas yang bereksperimen dengan puisi konkrit. Pada tahun 1971, bersama para kawan pujangga, ia mencetuskan istilah “Puisi mBeling” (puisi nakal) untuk mendefinisikan gerakan sastra mereka. Puisi mBeling sering kali dipublikasikan dalam majalah Aktuil, sebuah majalah musik Rock penting yang didorong oleh budaya pop Indonesia yang berkembang, saat Jeihan menjabat sebagai editor sastra dan puisi dari tahun 1971–1973.
Pada tahun 1978, Jeihan mendirikan studio Seni Rupa Bandung, memberikan ruang bagi para perupa muda Bandung untuk berkarya secara mandiri. Ia juga menjadi anggota komite The World Art and Culture Exchange Association Inc., yang berbasis di New York. Beberapa penghargaan yang diterimanya antara lain “Perintis Seni Rupa Jawa Barat” pada tahun 2006 dan “Penghargaan Anugerah Budaya Kota Bandung” pada tahun 2009.
Gallery View
Daftarkan diri Anda untuk menerima newsletter Museum MACAN
Ikuti perkembangan terkini tentang Museum MACAN. Dapatkan newsletter bulanan untuk pameran dan program publik mendatang.