Karya seni tidak hanya menjadi ungkapan personal seorang perupa, sebuah karya kerap kali tak terpisahkan dengan konteks kesejarahan, politik, dan geografi yang lebih luas.

Sebagai pembuka program publik Museum MACAN di tahun 2024, kami menghadirkan perupa/peneliti Tintin Wulia dalam sebuah sesi kuliah performans dan diskusi bertajuk Memory is Frail (and Truth Brittle).

Diangkat dari 115 karya ilustrasi yang digambar dengan arang dan grafit, Memory is Frail (and Truth Brittle) menyuguhkan koneksi antara peristiwa penting dunia yang terpencar dalam waktu dan tempat berbeda dan bagaimana kejadian tersebut diingat oleh manusia.

Melalui pembahasan terkait realitas, kerapuhan ingatan, hingga geografis dan sejarah manusia, Wulia mengajukan pertanyaan ulang tentang bagaimana hal yang kita yakini sebagai realitas, dikonstruksikan dari persepsi panca indera, sejarah penguasa, dan ingatan manusia yang rapuh.

Sabtu, 13 Januari 2024 pukul 14.00–15.30 WIB di Ruang Gagasan Museum MACAN-ERHA

GRATIS dan terbuka untuk publik dengan tiket Museum MACAN yang berlaku, daftarkan diri Anda dengan mengklik tombol di bawah!

Daftar

Kuliah performans ini akan disiarkan langsung di kanal YouTube Museum MACAN.

Sesi diskusi ini akan dibawakan dalam bahasa Inggris.

Tintin Wulia adalah seorang perupa/peneliti dari Indonesia/Australia di HDK-Valand/Academy of Art and Design, University of Gothenburg, Swedia. Berpraktik secara transnasional, Ia telah meneliti kompleksitas dari batasan-batasan di lebih dari dua dekade. Tintin Wulia melihat dunia sebagai sistem yang saling terkoneksi—bukan sebuah dunia tanpa batas, melainkan sebuah dunia di mana entitas berhadapan dengan satu sama lain dengan dekat. Lewat karya video, suara, lukisan, gambar, tarian, teks, instalasi, performans, dan intervensi publik; seringkali ia bertujuan untuk menggugah dan mengaktivasi koneksi-koneksi tersebut.

Tintin telah berkontribusi di lebih dari 200 pameran dan publikasi internasional, termasuk Istanbul Biennale (2005), Moscow Biennale (2011), Gwangju Biennale (2012), Sharjah Biennale (2013), dan Chicago Architecture Biennial (2021). Karya-karyanya juga menjadi bagian dari koleksi publik terkemuka di berbagai belahan dunia, termasuk the Queensland Art Gallery/Gallery of Modern Art (QAGOMA), Stedelijk Van Abbemuseum, dan He Xiangning Art Museum. Di 2017, Tintin merepresentasikan Indonesia dengan pavilion solo di Venice Biennale ke-57.