Proyek kolaboratif antara Inggris dan Indonesia ini mengeksplorasi hubungan antara simbolisme kuno dan sains kuantum. Mengambil lukisan gua di Sulawesi—salah satu contoh seni representasional tertua di dunia—sebagai titik tolak, proyek ini menelaah bagaimana teknologi yang tengah berkembang dapat mengubah cara kita memahami sejarah, identitas, dan representasi. Proyek ini mencakup riset kolaboratif, kunjungan situs, program publik di Jakarta dan Makassar, video riset, serta publikasi pemikiran kritis.

Proyek ini merupakan bagian dari program Inovasi Digital British Council, yang menekankan pentingnya inovasi berbasis seniman sebagai sumber utama dalam pengembangan teknologi yang lebih beragam secara budaya dan berpusat pada manusia. Dengan mendukung kolaborasi internasional antara seniman dan organisasi yang bereksperimen dengan teknologi, British Council mendorong inovasi yang inklusif—berlandaskan pada konteks budaya, komunitas, dan imajinasi.

Dihadirkan dalam konteks International Year of Quantum Science and Technology 2025 (IYQ 2025), inisiatif ini mempertemukan seniman asal Inggris, Libby Heaney—yang dikenal sebagai seniman pertama yang menggunakan komputasi kuantum sebagai medium kreatif—dengan Museum MACAN di Indonesia sebagai mitra riset proyek ini.

Program publik ini terdiri dari lokakarya, pemutaran film dan bincang bersama sang perupa. Dalam lokakarya ini, peserta akan mempelajari istilah dan konsep dasar kuantum. Sesi ini akan membahas potensi radikal dari konsep-konsep kuantum, serta peluang dan tantangan dari teknologi kuantum. Seniman akan menunjukkan kepada peserta bagaimana mereka dapat mulai bereksperimen dengan komputasi kuantum.

Pada malam harinya, program akan dilanjutkan dengan pemutaran film "Q is for Climate (?)" (2023), sebuah film pendek yang berspekulasi tentang bagaimana komputer kuantum di masa depan akan memengaruhi perubahan iklim. Film ini sebagian didasarkan pada wawancara dengan para ilmuwan dari perusahaan teknologi terkemuka. Film ini menyajikan perspektif manusia dan non-manusia, termasuk video dan suara generatif yang dikembangkan melalui komputasi kuantum.

Program dilanjutkan dengan sesi bincang perupa yang akan memperkenalkan seniman dan memberikan wawasan mengenai praktik artistiknya serta proses kreatifnya. Ia juga akan berbagi refleksi dari perjalanan riset terbarunya ke Sulawesi Selatan, tempat lukisan gua tertua di dunia — dan pemikirannya tentang melampaui representasi visual.

Sesi ini terbuka bagi para pelaku kreatif yang berkarya dalam bidang desain dan seni media, serta siapa pun yang tertarik mengeksplorasi teknologi dalam praktik seni.

Didukung oleh

Mitra Pendukung

Kamis, 24 Juli 2025

Lokakarya Komputasi Kuantum
14.00 — 17.00 WIB

Pemutaran Film: Q is for Climate (?)
19.00 — 19.30 WIB

Bincang Perupa bersama Libby Heaney
19.30 — 20.30 WIB

Ruang Gagasan Museum MACAN

Sesi ini akan berlangsung dalam Bahasa Indonesia dan dapat diakses melalui tiket masuk museum. Pendaftaran diperlukan.

Daftar di sini