Praktik kesenian Kei Imazu memadukan teknik artistik tradisional dan teknologi digital. Karya-karyanya menggali sejarah sebagai narasi non-linear dan berlapis, di mana ingatan, kekuasaan, mitos, fakta, dan fiksi melebur. Kepindahannya dari Jepang ke Indonesia pada 2018 mengubah cara Imazu memandang dan memahami sejarah. Ia menyatakan:

“Di sini, sejarah hidup di dalam tanah, dalam ritual, dalam gestur dan tradisi lisan.
Saya menemukan adanya persepsi waktu yang melingkar, di mana masa lalu
hidup berdampingan dengan masa kini, alih-alih terikat pada garis waktu yang linear.”

Pameran tunggal skala museum perdananya di Indonesia, yang bertajuk The Sea is Barely Wrinkled (Laut Nyaris Tak Beriak) dibangun sebagai sebuah lanskap imajiner lintas masa. Pameran ini berakar pada penelitian Imazu tentang sejarah Sunda Kelapa/Batavia Lama. Warisan peninggalan kolonial disandingkan dengan krisis lingkungan yang terjadi di pesisir Jakarta saat ini.

Melalui pameran ini, Imazu juga mengangkat hubungan antara manusia dan alam. Ia mengkaji ulang pandangan modern mengenai hubungan antara manusia, tanah, dan laut yang bertumpang tindih dengan pandangan tradisional, sebagaimana tercermin pada mitos, ritual, serta pengetahuan lokal.

Sesi ini menghadirkan sang perupa dalam sebuah presentasi dan bincang santai bersama kurator museum. Bersama, kita akan menyelami pemikiran Imazu tentang seni, sejarah, dan bagaimana pengalamannya tinggal di Indonesia membentuk pandangan-pandangan baru tentang hidup.

Sabtu, 24 Mei 2025
14.00–15.30 WIB
Ruang Gagasan Museum MACAN

Program ini akan disampaikan dalam Bahasa Jepang dengan penerjemah Bahasa Indonesia. Program  dapat diakses publik menggunakan tiket museum yang berlaku.

Beli tiket