Pameran The Sea is Barely Wrinkled (Laut Nyaris Tak Beriak) menampilkan karya perupa Kei Imazu dalam bentuk lukisan dan instalasi. Pameran ini berakar pada penelitian Imazu tentang sejarah Sunda Kelapa / Batavia Lama. Sang perupa menarik hubungan antara warisan peninggalan kolonial dengan krisis lingkungan yang terjadi di pesisir Jakarta saat ini.

Melalui pameran ini, Imazu juga mengangkat hubungan antara manusia dan alam. Ia mengkaji ulang pandangan modern mengenai hubungan antara manusia, tanah, dan laut yang bertumpang tindih dengan pandangan tradisional, sebagaimana tercermin pada mitos, ritual, serta pengetahuan lokal.

Dalam karya "The Land Lost to the Sea", Imazu menyoroti sosok Dewi Sri, sang Dewi Padi yang menjadi simbol perlawanan sekaligus ketahanan alam. Imazu tertarik dengan pertautan antara peristiwa sejarah dan tafsiran mitos. Baginya, mitos berfungsi sebagai pengingat bahwa alam pun punya suara—namun suara itu tidak selamanya lembut. Menurut Imazu:

"Dalam banyak mitos, ketika manusia menjadi serakah atau angkuh, alam akan membalas. Badai lautan yang ganas, tanah yang kering kerontang, panen yang gagal. Ini bukan hanya peringatan–melainkan kosmologi keseimbangan dan sebab-akibat. Krisis lingkungan saat ini dapat ditafsirkan sebagai versi modern dari narasi tentang alam yang membalas. Mitos-mitos tersebut mengajarkan kita bahwa bumi punya ingatannya sendiri—dan untuk mengembalikan keseimbangan, pertama-tama kita harus belajar untuk mau mendengarkan." 

Sesi perbincangan Sabda Leluhur, Suara Alam menghadirkan Muhammad Arief, petani muda yang bersetia pada budaya dan tradisi pertanian adat Sunda, juga Kiki Nasution, pendiri Sabda Bumi, sebuah media yang menyiarkan narasi hidup selaras dengan alam.

Beli tiket